Hubungan Penantian Positif dan Asyura
Mereka yang berada di barisan Al-Qur’an, Itrah dan para ulama Ilahi mengatakan: Bahwa intidzâr (penantian) itu seharusnya disertai dengan pelaksanaan amal sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah Taala. Muntadzir (seorang penanti) adalah seseorang yang memiliki perhatian atas tugas-tugas (wadhâ’if) agama serta tidak melupakan keutamaan-keutamaan akhlak.
Penantian positif yakni : Bahwasanya hukum Islam tidak akan mengalami perubahan, dan si penanti senantiasa mempunyai kesiapan menyongsong kehadiran Imam Zaman asf kapanpun, dimana beliau (afs)(2) di setiap waktu adalah sebagai penegak kebenaran dalam semesta alam. Yang mengherankan adalah mereka yang mengatakan: “Hukum-hukum Allah akan pasti menjadi terabai dalam masa intidzâr, sekalipun pangkuan seseorang berlumuran dosa, maka ia akan tetap ditolong dengan tibanya faraj ( kemunculan Imamul- Mahdi afs)”.
Sekarang, persoalan adalah, Jika seseorang telah melakukan suatu dosa dan hukum had (hukuman bagi pendosa) sudah semestinya dijalankan atasnya dengan sebab dosa yang telah dilakukannya itu, apakah bukan Nabi saww dan para Imam as sebagai orang yang pertama menjalankan perintah Ilahi? Apakah Imam Zaman as akan meridhoi (wal’iadzubillah) ketika hudud Ilahi tidak dijalankan?. Walau bagaimanapun para pembesar dari kalangan ulama dalam masalah tugas-tugas umat di jaman keghaiban Al-Imam afs telah menulis kitab-kitab dan berkata: “Adapun dari tugas utama para penanti adalah bersungguh-sungguh menuntut pengenalan-pengenalan (ma’ârif) Ilahi dan juga mengikatnya dalam pengamalan”.
Dalam sebuah riwayat, Imam Shodiq as bersabda : “Wara’, ifat berlaku baik/layak… dan menanti faraj dengan sabar itu adalah dari agama para Imam”.(3) Intidhârul-faraj disebutkan beriringan dengan pengajaran-pengajaran seperti wara’, ifat/menjaga kesucian dan kehormatan diri serta kelayakan dan berfikir baik. Dan dalam riwayat yang lain, Imam Shodiq as menyatakan mengenai kedudukan penanti Imam Zaman, demikian bersabda: “Orang yang menanti Imam Zaman adalah seperti seseorang yang sedang menyingsingkan pedang di samping Rasulillah saww di medan perang, ia berperang sambil melakukan pembelaan terhadap diri Rasulillah saww”.
Keutamaan-keutamaan ini diperuntukan kepada muntadzir yang manakah?, Adakah untuk muntadzir (Al-iadzubillah) yang rela terhadap percutian ahkam Islam?, adakah bagi ia yang mempunyai keyakinan terhadap kerusakan dan keberluasannya? (i’ăzdunallah / Allah melindungi kita dari kejahatan dan was-was setan).
Dari riwayat yang mulia ini dan puluhan riwayat-riwayat yang lain dapat digunakan bahwa para muntadhir dalam masa keghaiban akan mengamalkan tanggung jawab-tanggung jawab penting yang ditanggung olehnya, disebutkan berkedudukan sebagai sang pembela Rasulillah saww. Jika tidak bermaknakan demikian, maka seorang yang tidak mengamalkan ahkam agama dan tidak menganjurkan amar ma’rûf kepada yang lain bahkan rela terhadap kemungkaran dan perluasan tampa batas dan tampa ikatan hukum, apakah ada keserupaannya dengan mereka yang menjaga jiwa Rasulullah saww?, dimana Rasulullah saww dengan segala keagungannya adalah sebagai penyebar ahkam agama Islam.
Sebagai memperingatkan dan perhatian bagi semua penanti, kami menyebutkan bagian bahasan dari paling pentingnya taklif-taklif di masa keghaiban dengan menyebutkan poin-poin berikut yang tidak mengecualikan kelompok manapun untuk menunaikan tanggungjawabnya:
1. Berusaha mencapai ilmu dan ma’rifat
Yang pertama sekali tugas para hamba Allah di masa keghaiban adalah berusaha mencapai ilmu dan makrifat (pengenalan) berkenaan dengan Hadhrat (Imamu-zaman afs), yaitu orang yang Allah-Taala telah mewajibkan untuk ditaati, beliaulah sang pengantara antara para hamba dan Allah-Taala. Sifat dan kekhususan-kekhususan beliau hendaknya harus dikenal. Telah disebutkan dalam berbagai riwayat bahwasanya : Jika seseorang mengenal Imam-nya (yaitu mengenal kedudukan keimamahan beliau afs) sama seperti orang yang sedang berada menanti dalam kemah Al- Imam as).
Hendaknya diperhatikan bahwasannya wujud pribadi Al-Imam afs adalah serupa dengan mįzăn (timbangan), jika manusia telah mendapatkan pengenalan terhadap beliau afs maka ini menyebabkan terselamatkannya dia dari berbagai syubhat (kesamaran) dan kesesatan jalan.
Dari yang paling penting sekali diantara seluruh pengenalan adalah pengenalan terhadap kekhususan-kekhususan dan sifat-sifat unggul Al-Imam afs, disamping pengenalan terhadap nama, nasab (silsilah keturunan) ayah dan para kakek beliau as. Dan dari keunggulan-keunggulan khusus beliau afs adalah ; berilmu, ishmat ( maksum/terjaga dari segala dosa dan kesalahan), wara’, syuja’at (berani), įtsăr (mendahulukan kepentingan yang lain dari kepentingan diri) dan puluhan sifat-sifat utama yang lain. Dalam riwayat disebutkan bahwa : Paling minimnya pengenalan terhadap Al-Imam afs adalah mengenal beliau sebagai pewaris Rasulillah saww dan berlaku taat kepada Al-Imam adalah taat kepada Allah dan Rasulillah saww.
2. Menjaga adab terhadap ingatan dan sebutan nama Imam jaman as
Salah satu potret adab Islam mengenai hal ini hendaknya manusia tidak menyebut Imam jaman kecuali dengan sebutan laqab-laqab mulia beliau seperti : Al-Hujjah, Shôhibu-zaman, Baqiatullahil-a’dzam, Mahdį … (ada perbedaan pendapat antara ulama yang mulia -semoga Allah menambah kemuliaan atas mereka – dalam penyebutan secara tashrįh ( jelas ) ataukah dengan nama asli beliau yang mulia.
Sekelompok dari mereka menganggap boleh menyebut secara tashrih hanya ketika bertaqiah, seperti Al-marhum Hur Âmilį pemilik kitab Wasâ’ilu-syįah.(4) Dan sebagian lain seperti Syaikh Mufįd dan Al-marhum Thabarsį adalah melarang penyebutan secara tashrįh terhadap nama beliau afs (5). Untuk kita menjaga adab dan mendapatkan yang lebih hati-hatinya adalah disini kita akan menyebutkan Hadhrat dengan laqab-laqab mulia beliau sebagai sirah (cara) yang sudah dijalankan oleh para ulama yang agung dan juga sebagai berlaku hormat dan pengagungan.
3. Mencintai kepada Hadhrat secara khusus
Mengingat ni’mat-ni’mat Ilahi menyebabkan cinta dan suka terhadap Allah Taala. Dan pengantara semua ni’mat Ilahi yang ada diatas para makhluk ini adalah wujudnya Hujjat kebenaran yaitu Imam jaman afs. Harus diperhatikan bahwa semua keberkatan dan kebaikan Ilahi ini diperantarai oleh Hadhrat Hujjat afs. Maka akal memberikan hukum untuk mencintai Hadhrat afs itu. Dan dilain riwayat, banyak disebutkan bahwa Rasulullah saww dan para Imam as telah memberikan perintah berkenaan dengan cinta kepada Imam jaman afs, seperti yang ada dalam sebuah riwayat berikut, bahwa Rasulullah saww ketika dimalam Mi’raj, bersabda: “Allah Taala berfirman kepada-ku : ( Wahai Muhammad cintailah Dia ( Imam jaman afs), karena aku cinta kepada-nya dan kepada orang-orang yang mencintai-nya )“. Titik perkara yang harus diperhatikan secara mendalam adalah bahwasannya agama akan dimenangkan secara sempurna berkat tangan dan pemerintahan hak beliau afs dan Hadhrat akan memikul kerja keras yang memenatkan demi memenangkan agama Allah serta kemenangan hak di atas kebatilan. Dan ini menuntut akan kecintaan kita kepada beliau afs secara khusus. Kita semua mengetahui bahwa mencintai para Imam pemberi hidayat as terlebih cinta kepada Imam jaman afs secara khusus pada dasarnya adalah cinta kepada Allah Taala.
4. Mengumumkan cinta kepada hadhrat di tengah kelompok masyarakat
Yakni manusia hendaknya menyampaikan kata-kata indah/sabda dan riwayat kehidupan para Imam as dengan bahasa masyarakat dan kelompok-kelompoknya yang bermacam-macam. Dan menggalakan kecintaan mayarakat kepada para Imam as lebih khusus cinta kepada Imam jaman afs.
5. Menanti pemerintahan hak dan kemunculan keluarga Muhammad saww
Dalam Al-Quran yang mulia Allah Taala berfirman : “ …maka nantikanlan!, aku dan kamu dari yang sedang menanti”(6). Dalam riwayat banyak yang menyebutkan pahala dan kedudukan yang tinggi diperuntukan kepada para penanti seperti ; dalam do’a Arafah, Imam Sajjad as menghaturkan kata selamat sejahtera kepada para penanti. Dalam sebuah riwayat, Imam Shodiq as bersabda : “Seorang penanti yang meninggal dunia dalam keadaan intidhâr seperti seseorang yang sedang berada dalam kemah Al-Qâ’im (Imam Zaman afs)”.
Dari keseluruhan riwayat yang datang dalam bab ini bahwasannya intidhâr kepada pemerintahan hak bermaknakan demikian; bahwasannya manusia hendaknya ingin sekali berada disamping Hadhrat afs, ikut menolong-nya dan siap berkorban demi apa saja yang dikehendaki oleh Allah Taala dan Imam jaman afs, bukan berusaha mencapai apa yang dikehendaki oleh keinginan diri-sendiri yang rendah.
Intidhâr pemerintahan yang hak berbeda dengan seluru intidhâr yang lain karena muntadzar ( orang yang dinanti ) dalam intidhâr ini adalah sang pemimpin kita ( umat manusia) yaitu Imam Zaman afs yang dialah Hujjat kebenaran dan pengantar feidh (anugrah ni’mat) dan pemberi petunjuk umat manusia.
Tidak diragukan lagi intidhâr ini adalah paling beratnya penantian diantara penantian-penantian, hanya mereka yang ikhlas yang dapat melakukannya, yang tidak mungkin dilakukan tampa diiring dengan ketaqwaan dan beramal dengan peraturan undang-undang agama. Dalam sebagian riwayat banyak mengisyaratkan bahwasannya intidzâr faraj adalah sebagai ibadat.
Dengan dasar berfikir demikian, banyak dari kalangan ulama besar kita mengemukakan bahasan mengenai adanya atau tidak adanya qashdu qurbat ( niat mendekatkan diri kepada Allah sebagai syarat sahnya peribadatan) dalam intidhâr.
Karena tulisan ini kami berniat meringkas saja, maka kami cukupkan dengan kesimpulan bahwasannya; di setiap Subuh dan Malam hendaknya menanti faraj dan bersiap-siap untuk menolong pemerintah yang hak. Persiapan ini hendaknya senantiasa kekal. Boleh jadi inilah salah satu dari hikmah disembunyikannya zaman kemunculan Imam afs. Di mana kaum beriman di sepanjang waktu berada dalam keadaan bersiap sedia, dan mereka menjaga kesiapan diri mereka.
6. Menerangkan kesukaan dan kerinduan untuk menjumpai Hadhrat afs
Salah satu dari tanda-tanda suka dan cinta kepada yang lain adalah menerangkan rasa suka untuk menjumpai-nya. Imam jaman adalah kecintaan seluruh aulia’ dan para Nabi as yang di berbagai tempat juga telah memperlihatkan penjelasan kesukaan mereka untuk menjumpai Hadhrat afs, seperti Amįrul-muminįn Ali bin Abi Thalib as setelah menyifatkan Walį ashr afs, menjelaskan rasa ingin beliau untuk berjumpa dengan Hadhrat. Para pecinta dan penanti hendaknya menerangkan kerinduan mereka dalam prilaku ingin berjumpa dengan Hadhrat afs.
7. Menyebut keutamaan-keutamaan dan manâqib (do’a, zikir dan ziarah ) Hadhrat dan hadir dalam majilis-majilis peringatan beliau
Mengingat keutamaan-keutamaan dan manâqib Ahlul-Bait as terlebih Hadhrat Walį ashr afs adalah sebagai mishdaq (wujud nyata) mengingat Allah Taala. Ini adalah wadhifah semua orang beriman dan para penanti di ketika dalam majilis dan perayaan, mereka duduk membicarakan keutamaan Rasulullah dan keluarga beliau saww. Mengingat keutamaan-keutamaan Ahlul-Bait as pada hakekatnya sebagai mengagungkan syi’ar-syi’ar Ilahi dan menjalankan amar ma’rûf. Dan yang pasti perlakuan ini akan menjadi siksaan berat bagi setan.
8. Merasa sedih karena berpisah dan jauh dari Hadhrat afs
Dalam banyak riwayat menyebutkan bahwa tanda-tanda pribadi syi’ah adalah kesedihan dia dalam kesedihan para Imam as. Tidak diragukan lagi bahwa keghaiban Hadhrat afs serta apa yang menjadi kesedihan dan kedukaan beliau dan para pengikut beliau adalah dari yang paling utama sekali yang menyebabkan kesedihan para Imam as. Dalam berbagai riwayat menyebutkan memiliki keadaan sedih dan berduka karena berpisah dari Hadhrat afs sangat dipuji.
9. Membaca qashidah, sajak dan puisi berkenaan dengan keutamaan - keutamaan Hadhrat afs
Telah disebutkan dalam sebuah riwayat : “Siapa yang membacakan sebait syair tentang kami maka Allah Taala akan membangunkan sebuah rumah baginya di dalam syurga”.
Dalam riwayat yang lain menyebutkan bahwa pahala-pahala yang agung dengan perbedaan timbangan diperuntukan kepada para penyair dan pemuja, dan perbedaan timbangan pahala ini boleh jadi disesuaikan dengan perbedaan derajat makrifat atau pengaruh syair dan qashidah mereka. Kedudukan yang dimiliki oleh para penyair seperti Kamiat Asadi, Sayyid Hamiri, Da’bal Khazai karena sebab makrifat dan ilmu pengetahuan yang benar mereka berkenaan dengan para Imam as dan penyebaran keutamaan-keutamaan mereka as dengan perantaran seni sejati Islam.
10. Berdiri ketika mendengar sebutan nama dan laqab-laqab mulia Hadhrat afs sambil meletakan tangan keatas kepala sebagai tanda penghormatan
Terdapat dalam sebuah hadis : Di suatu majelis yang di hadiri oleh Imam Shodiq as, diingatkan tentang Imam Zaman afs, Imam Shodiq as bangkit berdiri karena menghormati nama beliau afs. Ini adalah tata-cara yang sudah berjalan di kalangan para Imam as dan para ulama besar syiah, juga dalam buku-buku yang berkaitan dengan perkara ini menganggap mustahab (sunnah) melakukannya dikala sendirian. Bahkan sebagian dari para ulama mengatakan: Suatu ketika dalam suatu mesjid, disebutlah nama Al-Imam jaman afs, maka sebagian dari para hadirin bangkit berdiri, dan sebagian dari mereka tidak melakukannya tampa ada udzur, maka ini termasuk prilaku penghinaan dan mengoyak kehormatan, maka prilaku demikian akan menjadi haram.
11. Menangis dan menyebabkan orang lain menangis karena berpisah dengan Imam jaman afs
Keutamaan menangis ini dikarenakan bahwa si penangis telah meneteskan air mata atas kesulitan-kesulitan yang menimpa Hadhrat dan qalbunya terbakar oleh karena berpisah dari Yusuf-nya Fathimah as, tangisan yang di sebabkan oleh penglihatan yang bertahun-tahun dilewatkan dengan keghaiban Imam yang menyebabkan suatu kelompok melontarkan kata-kata yang tidak senonoh berkenaan dengan beliau seperti ; telah mati, telah dibunuh, telah binasa. Syi’ah dan orang beriman yang mempunyai ilmu dan kesadaran serta memiliki makrifat terhadap maqam keimamahan, setelah menyaksikan dan mendengarkan ucapan-ucapan yang tidak senonoh itu maka air mata keterpisahan mengalir dari pelupuk matanya.
Hati bak kayu terbakar oleh rindu melihat-mu
Mata deras alirkan air, bak sungai karena berpisah dari-mu
Tenggelam dalam banjir air mata dan jiwa dipanggang
Orang tenggelam kobaran, bila akan dilihat.
Api cinta pada-mu bergeming di kepala
Gemerlap dari hati, tidur dari mata-ku, dirampas.
12. Memohon dan banyak berdoa kepada Allah Taala supaya mengenal dan mengetahui Imam Zaman afs
Pengenalan terhadap cahaya-cahaya suci keberadaan para Imam pemberi petunjuk as tampa inâyah dan petunjuk Ilahi tidaklah mungkin. Allah Taala–lah yang meletakan hidayah ini kedalam hati manusia, Imam Shodiq as bersabda:” Hikmah kebijakan yang Allah Taala berikan kepada para hamba itu adalah ketaatan pada Allah dan makrifat terhadap Imam as “. (Kitab Usulul-Kâfį jld 1, h185, bab Ma’rifat Imam as).
Dalam riwayat yang banyak telah menyebutkan bahwa perkara yang paling utama dam wajib setelah mengenal Allah dan Rasulullah saww adalah mengenal Imam jaman afs dan pemimpin perkara kaum muslimin (walį amri muslimin ). Tidak mengenal Imam as yakni terdampar dalam putaran deras kebodohan dan kedunguan (kebingungan) seperti kaum jahiliat sebelum Islam. Hendaklah diperhatikan bahwa pengenalan dan pengetahuan adalah ciptaan Allah Taala, demikian juga Dia telah menyiapkan segala sebab-musababnya. Salah satu dari sebab-sebab itu adalah ketelitian terhadap perjalanan hidup para Imam as dan perkara-perkara luar biasa mereka (mu’jizât) serta pencermatan terhadap akhlak dan ucapan-ucapan mereka. Tetapi dengan usaha yang demikian hendaknya juga memohon taufik pengenalan yang benar dari Allah Taala. Namun yang pasti adalah Allah Taala akan memberikan hasil jerih payah serta berita gembira pertolongan dan petunjuk seperti dalam firma-Nya: “Dan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh berusaha dalam mencapai kami maka kami akan memberikan petunjuk jalan kami kepada mereka”.( Al-Ankabut 69)
Marhum Kulainį dan syekh Thusį dan pemilik kitab “Al-Gaibah“ Nu’manį dengan mengambil periwayatan dari Zurârah, telah menaqalkan sebuah do’a dari Imam Shodiq as yang bersabda : “Akan terjadi bagi pemuda itu ( Imam Jaman afs ) kegaiban sebelum kebangkitannya …maka wahai Zurârah jika kamu mengalami jaman itu maka bacalah doa berikut :
اللَّهُمَّ عَرِّفنِی نَفسَکَ فَاِنَّکَ اِن لم تُعَرِّفَنِی نَفسَکَ لم اَعرِف نَبِیَّکَ،
اَللَّهُمُّ عَرِّفَنِی رَسُولَکَ فَاِنَّک اِن لَم تُعَرِّفنِی رَسُولَکَ لَم اَعرِف حُجَّتَکَ, اَللَّهُمَّ عَرِّفنِی حُجَّتَک فَاِنَّکَ اِن لَم َتُعَرِّفنِی حُجَّتَک ضَلَلتُ
عَن دِینِی.
” Ya Allah! kenalkan padaku diri-Mu, jika Engkau tidak mengenalkan diri-Mu pada-ku maka aku tak akan dapat mengenal Nabi-Mu, ya Allah! kenalkan pada-ku Rasul-Mu, jika Engkau tidak mengenalkan Rasul-Mu pada-ku maka aku tidak akan dapat mengenal Hujjah-Mu, ya Allah! kenalkan pada-ku Hujjah-Mu, jika Engkau tidak mengenalkan Hujjah-Mu pada-ku maka sesatlah aku dari agama-ku”.
Berkenaan dengan pembahasan do’a di jaman keghaiban Imam telah termaktub dalam kitab yang bermacam-macam, bagi mereka yang suka untuk mengetahui lebih lanjut silakan membaca kitab-kitab tsb.
13. Mengenal tanda-tanda kemunculan Hadhrat afs
Termasuk dari tugas orang beriman dan para penanti adalah mengenal tanda-tanda kemunculan Hadhrat afs. Tanda-tanda kemunculan telah dibagi kepada beberapa istilah yang berbeda seperti :
-Hatmiah ( tanda yang pasti),
-Gairu hatmiah ( tanda yang tidak pasti ),
-Qaribah ( tanda dekat ),
-Ba’įdah ( tanda jauh).
Mengenal tanda-tanda ini diperlukan supaya manusia ketika melihat tanda-tanda yang pasti dan yang sudah dijanjikan maka mereka akan menghadap kearah Hadhrat afs. Tanda-tanda ini telah diterangkan oleh para Imam suci as supaya dapat membedakan argumen yang benar dan yang bohong, dan supaya orang-orang beriman mengenal tanda-tanda ini dari jalan Itrah as saja, sehingga mereka tidak akan mengikuti kelompok pengaku-ngaku imamat yang hanya menipu manusia tampa ada isi dalam sarung bekalnya. Perhatikanlah dua riwayat di bawah ini :
1.Telah dinaqalkan dari Muhammad bin Shomit yang berkata : “Saya menghaturkan pertanyaan kepada Imam Shodiq as : Apakah tidak ada tanda-tanda sebelum kemunculan (dzuhûr) ? Imam bersabda : ada, saya melanjutkan : Apakah itu ?, Imam bersabda : yait binasanya Abbâsį, keluarnya Sufiyânį, bunuhnya jiwa yang suci, masuk/rontuhnya dataran di Baidâ’ ( tanah dataran antara Makkah dan Madinah) dan terdengar suara dari langit . Saya berkata : Saya berkorban untuk Anda, saya khawatir perkara ini akan mengalami masa yang panjang, Imam bersabda : Tidak, namun yang pasti adalah itu seumpama biji-biji tashbih yang berurutan dan beratur rapi.”( Kitab ” Al-Gaibah ” Nu’mani h139).
2. Dinaqalkan dari Hamrân bin A’yan dari Imam Baqir as berkenaan dengan tafsir ayat :
( فَقَضَي أجَلاً و أجَلٌ مُسَمَي عِندَه )
Beliau as bersabda : “Ajal (ketetapan) ada dua macam; Satu ajal hatmį yang pasti berlaku dan yang kedua ajal mauqûf yang bergantung pada perkara yang lain, Hamrân berkata : Saya berharap ketetapan yang berlaku atas Sufyanį adalah dari ketetapan yang mauqûf. Imam Baqir as bersabda : Tidak, demi Tuhan itu dari bagian ketetapan yang hatmį” (Kitab ” Al-Gaibah ” Nu’mani h139).
14. Menyerah pada urusan Allah Ta’ala, tidak tergesa-gesa dan tidak mengada-ngada menentukan waktu kemunculan
Banyak terdapat dalam riwayat yang menyatakan :
“Kamu sekalian menyerahlah pada perkara Allah dan jangan tergesah-gesah karena dalam ketergesahan boleh jadi akan membinasakan kamu”.
Dalam riwayat yang lain yang dimaksud dengan perkara Allah tersebut adalah keghaiban Hadhrat afs yang memiliki batas akhir, dan pasti akan mencapai batas akhir itu.
Dalam sebuah hadist dari Imam Shodiq as yang bersabda:“Mahâdhįr telah binasa”, perawi berkata : Saya bertanya apakah yang dimaksud dengan mahâdhįr ? ,beliau berkata : Mereka yang tergesah-gesah, lalu Imam Bersabda: Telah dekat bagi para penghisab diri untuk mencapai kejayaan dan benteng kesabaran tetap berada di atas kaki – kaki teguh mereka”.
Sebab dicelanya ketergesa-gesaan adalah oleh karena si pelaku ketergesaan mungkin dia akan melepaskan rasa sabar dan tanggungjawab sehingga ia akan mengikuti orang-orang yang sesat yang mengaku-ngaku memiliki maqam keimamahan, atau ketergesahan ini akan menyebabkan keputus-asaan dari kejadian perkara kemunculan Imam yang agung. Keputus-asaan ini bermakna membohongkan para Imam as dan Rasulullah saww.
Seseorang yang tergesa-gesa mungkin dari pengaruh keraguan dirinya, ia juga akan mengajak orang lain untuk ikut ragu, atau ia akan meninggalkan amalan-amalan dan tugas-tugas di masa keghaiban seperti ; meninggalkan do’a supaya dicepatkan kemunculan Hadhrat atau meninggalkan sedekah untuk keselamatan diri Imam Zaman afs, Dan juga ia akan meninggalkan amalan-amalan penting lainnya.
15. Bersedekah dengan tujuan sebagai mewakili kehadiran hadhrat dan keselamatan beliau afs
Dalam hukum Agama Islam membenarkan orang beriman saling mewakili dalam melakukan amalan-amalan kebaikan seperti : Mendirikan sholat, melakukan ziarah, memberi sedekah, ini menunjukan adanya rasa saling cinta antara satu sama lain. Imam jaman afs adalah pemimpin orang-orang beriman serta memiliki maqam keimamahan bagi ummat dan sebagai hujjah Ilahi maka jika suatu amal dilakukan dengan mewakilkan diri untuk beliau maka tentu memiliki nilai yang lebih tinggi.
Telah dinaqalkan dari Imam Musa bin Ja’far as, bahwa beliau as dalam menjawab seseorang yang bertanya : “Apakah aku dapat melakukan haji, mendirikan sholat dan memberi sedekah sebagai menggantikan mereka yang masih hidup dan telah meninggal dunia dari kalangan keluarga dan teman-temanku ?, Imam bersabda :” Ya boleh, kamu bersedekah sebagai mewakilkan dirinya, dirikanlah sholat, dan dengan sebab silaturahim dan perhubungan-mu dengannya, engkau mendapatkan pahala yang lain”.( Kitab Wasa’ilul-Syi’ah j5, h367).
Sekalipun pada kebiasaanya manusia memanglah akan saling berhubungan antara keluarga dan orang-orang dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan baik, tetapi dalam riwayat ini menjelaskan persoalan melakukan amalan-amalan dengan mewakilkan diri untuk keluarga serta teman-teman yang beriman yang hidup dan telah meninggal dunia. Dan Imam as dalam menjawab soalan tersebut, juga memberikan dorongan untuk melakukannya. Poin penting yang diperhatikan disini adalah bahwasannya tiada hubungan yang lebih kokoh dari hubungan antara Imam dan orang-orang yang beriman, karena Imam as adalah pengalir anugrah Ilahi dan pengantara antara Bumi dan Langit. اَينَ السَبَبُ المُتَصِلُ بَينَ الارضِ وَ السَمَاء))
Amalan-amalan lain yang telah dianjurkan adalah memberikan sedekah dengan niat untuk keselamatan Imam Zaman afs. Siapakah musafir yang paling mulia lebih dari Hadhrat Walį ashr afs yang baginda Rasulullah saww telah bersabda :” Seorang hamba belum beriman sehinggalah dia mencintai-ku melebihi dari dirinya sendiri, dan mencintai keluarga-ku melebihi dari keluarga dirinya sendiri, serta mencintai anak-keturunan-ku melebihi dari anak-keturunannya sendiri, dan sari-pati (dzât) aku disisinya lebih ia cintai dari pada sari pati dirinya”.( Kitab Majâlis Shadûq hal 201).
Selain dari memberikan sedekah, dengan melakukan haji, ziarat ketempat-tempat yang suci dan orang-orang yang telah mati syahid dengan perantaraan orang lain atau mengambil wakil untuk melakukan amalan-amalan tersebut sebagai menggantikan Hadhrat afs juga termasuk perbuatan yang telah dianjurkan, dan mustahab dilakukan di masa keghaibahan.
Yang perlu diperhatikan adalah setiap amalan yang kita lakukan sebagai menggantikan diri Hadhrat afs dan keluarga mulia Rasulullah saww, selain menunjukan atas kecintaan dan kesetiaan terhadap keluarga mulia ini, paling besar faedahnya – Insyaallah rahmat dan keberkatan Ilahi – akan meliputi keadaan diri kita. Karena akhlaknya keluarga ini berdasarkan argument berikut: ( عَادَ تُكُم الاِحسَانُ وَ سَجَيٌَتُكُم الكِرَم) - yaitu kebiasan kalian adalah berlaku baik dan budi-pekerti kalian mulia-. Mereka adalah para penafsir Al-Qur’an dan merekalah pengamal-pengamal undang-undang Ilahi dan Al-Qur’an, dan merekalah tempat penampakan lutfi Ilahi serta berakhlak belas kasih sebagaimana dalam Al-qura’an disebutkan : “مَن جَاءَ بِالحَسَنَةِ فَلَهُ عَشَرَ اَمثَالِهَا”. Jika manusia beranjak satu langkah kearah Tuhan maka taufiq sepuluh langka yang lain akan dianugrahkan kepadanya. Karena itu misalkan seorang mukmin bersedekah senilai seratus Rupiah demi keselamatan Imam jaman afs, maka akan sebanding dengan seribu, keberkatan dan perhatian Hadhrat pun akan mengikutinya. Apakan ada kebahagiaan manusia yang melebihi dari pada mendapatkan taufik dalam melakukan amalan-amalan ini. اللهمٌ ارزقنا توفيق الطاعة
16. Berusaha dalam perkhidmatan dan menolong Hadhrat
Para Imam as mempunyai kedudukan khusus dan utama. Di antara para Imam, bahkan menurut pandangan Imam yang lain as, Imam jaman mempunyai kekhususan tersendiri, sehinggalah dinaqalkan dari Imam Shodiq as bersabda: ”Dan seandainya saya mendapatkan masa ia, maka seluruh kehidupanku akan ku-khidmatkan kepada-nya”. Sabda beliau ini hendaknya tidak diambil dengan remeh dan mudah-mudah saja. Suatu perkataan besar dari Imam Shodiq as ini sebagai ungkapan puncak penghormatan dan pengagungan beliau as terhadap wujud mulia Hadhrat Walį Ashr afs. Imam Shodiq as disepanjang masa usianya telah melakukan perkhidmatan penuh dan menyebar-luaskan ma’ârif Ilahi, namun kata-kata demikian beliau mengatakannya.
Yang benar adalah kita-pun hendaknya memilki i’itiqôd ( keyakinan ) seperti itu, karena keluarga (para Imam suci ahlul-Bait as) yang dibanggakan oleh para malaikat di langit, itupun telah melakukan perkhidmatan kepada-nya (Imam jaman afs), dan memang pasti mereka memiliki maqom dan keagungan ini. Dan bila kita bangga terhadap perkhidmatan kepadanya maka jadilah kita bertabiat malaikat.Taklif-taklif yang lain di masa keghaiban adalah hendaknya kita menolong Hadhrat afs. Al-Quran yang mulia menaqalkan perkataan Hadhrat Îsa as yang berkata : “من انصاري الي الله قال الحواريٌون نحن انصار الله”
menolong para wali Allah Taala dan nabi-nabi mulia adalah sebagai menolong Allah Taala sendiri dan menolong agama-Nya. Terdapat dalam Al-Quran juga, Allah berfirman: "اِن تَنصُرُوا الله ينصركم"
Hendaknya diperhatikan bahwasannya Allah Taala pemilik Zat Suci dan Maha Berkemampuan tidak memerlukan pertolongan kita para makhluk, dan jikalau dicabut inayah-Nya satu detik saja dari kita, maka kita akan tiada dan menjadi binasa. Jadi menolong Allah bermaknakan menolong para wali Ilahi dan menolong agama Allah serta Rasul mulia dan para Imam as. Menolong Rasul mulia dan para Imam pemberi petunjuk as yakni mengamalkan peraturan-peraturan mereka, dan ini disetiap jaman memiliki perbedaan, terkadang dengan cara kemiliteran seperti jihad dan perlawanan. Terkadang juga dengan do’a dan sedeqah, atau dengan mendirikan majelis-majelis, peringatan dan mengadakan pembendungan budaya dan lain-lain cara. Hendaknya semua berazam/bertekad untuk membantu Hadhrat disegala keadaan, dan kita hendaknya mengetahui niat dan tujuan menolong Hadhrat adalah sangat penting sekali. Terdapat dalam riwayat berbunyi : نٍِيٌةُ المُؤمِن خَيرٌ مِن عَمَلِه ِ( niatnya orang beriman itu lebih baik dari pada amalnya ).
Dalam sebuah sarahan lain Imam Shodiq as bersabda : “Saya sendiri tidak keluar dari para syuhada Karbala, dan perhitungan pahala-ku tidaklah lebih sedikit dari pahala mereka, karena dalam niat, saya menolong agama yang hak dan membantu Imam Husein as…”( Kitab Raudhatul-kâfį j8, h8).
17. Memperbahrui bai’at dengan Hadhrat di setiap hari selepas sholat fardu dan di setiap Jumaat
Dalam khotbah Al-Gadįr, Rasulullah saww menyerukan kepada para hadirin dan kepada mereka yang tidak hadir untuk melakukan bai’at dengan para Imam, orang-orang beriman hendaknya perikatan janji dan bai’at ini diperbaharuikan lagi bersama Imam di setiap zaman. Bai’at dengan wakil kebenaran bermaknakan berbai’at dengan Allah Taala, ( انٌَ الَذ ين يبايعونك انٌما يبايعون الله ).
Asli hukum bai’at adalah wajib dan diperlukan dan perbaharuannya menjadi perkara yang sangat ditekankan. Mengenai hal ini banyak riwayat yang menyebutkan, dan juga telah dihaturkan do’a-do’a untuk waktu yang berbeda. Dari sekian do’a-do’a yang menjadi perhatian adalah do’a Âhd , yang telah dinaqalkan dari Imam Shodiq as, do’a ini mencakupi pembelajaran makrifat terhadap Imam, do’a ini mengandungi makna yang banyak dan mestilah kita bisa mengatakan do’a ini adalah ibu dari segala do’a. Dalam kitab-kitab sumber telah diriwayatkan bahwasannya para malaikat Ilahi di setiap hari Jumat di Baitul-Ma’mûr mereka berkumpul untuk memperbaharui bai’at kewilayahan para Imam yang suci as. Dengan memperhatikan matlab di atas yang banyak mengkhususkan hari Jumat untuk Hadhrat afs, maka selayaknya di hari Jumat dapat mengadakan bai’at dengan Imam Zaman dan sebisa-bisanya diusahakan untuk memperbaharuinya.
18. Mengadakan silatur-rahim dengan harta benda terhadap Hadhrat afs atau terhadap para Syiah dan pecintanya.
Termasuk perkara yang dimustahabkan dan menjadi hal yang ditekankan di masa kegaiban Imam Zaman afs adalah mengkhususkan sebahagian dari harta-benda yang ada untuk Hadhrat. Terdapat dalam riwayat menyatakan “Tiada perkara yang paling dicintai disisi Allah melebihi perkara mengkhususkan uang/harta-benda untuk Imam afs, sungguh Allah Taala akan menetapkan bagi yang menunaikan satu dirham sama dengan satu gunung Uhud di syurga.
Silatur-rahim dengan cara demikian hendaknya disertai pikiran bahwasannya Imam afs tidak butuh terhadap harta yang ada di tangan manusia, namun manusialah yang membutuhkan supaya Imam afs dapat mengabulkan hartanya untuk mensucikan diri manusia sendiri. Dalam sebagian dari kitab-kitab sumber hadist meriwayatkan : “Jika kamu tidak dapat bersilatur-rahim dengan berziarah kepada kami maka lakukanlah silatur-rahim dengan para pecinta kami dan ziarahilah salah seorang dari mereka yang sholeh”.( Kitab Kâmiluz-zirât hal 319 bab 105).
19. Mengirim salam dan sholawât atas beliau afs dan menghadiahkan sholat untuknya.
Mengirim sholawât kepada Rasulullah dan keluaraga-nya saww sudah menjadi perkara yang banyak diperhatikan dan ditekankan dalam ayat-ayat dan riwayat. Matlab ini demikian lebih diperhatikan dalam riwayat, sehingga sangat sedikit yang dapat dijumpai topik bahasan yang sebanding dengannya dalam pemberhatian dan sensitifnya perkara tersebut. Diantaranya mengirim salam dan sholawat atas Hadhrat Walį Ashr afs dalam banyak do’a yang datang dari para Imam as. Dan yang pasti dalam kitab-kitab do’a sholawat atas para Imam as telah disebutkan secara terpisah dan khusus diperuntukan bagi setiap satu-persatu dari mereka. Dari sekian do’a salam dan sholawat keatas Hadhrat Walį Ashr yang termuat adalah do’a yang dinaqalkan oleh marhum sayyid Ibnu Thowus, doa tersebut di mulai dengan kalimat :
“صَل علي وَلِيٌك و ابن اولياءك الذ ين فرضت طاعتهم… الٌلهُمٌ ”.( Kitab Jamâlul-usbu’ halaman 493).
Dalam kitab tersebut ada sebuah bahasan yang dikhususkan untuk topik: “Hadiah sholat untuk para Imam as”. Dan dalam sumber keterangan yang lain telah disebutkan bahwasannya mustahab bagi manusia untuk melakukan sholat dengan niat menghadiahkannya kepada Walį ashr afs dengan penjelasan sebagai berikut : Mulailah dari hari Jumat dengan melakukan delapan rakaat dengan niat 4 rakaat untuk dihadiahkan kepada Hadhrat Rasulullah saww, dan 4 rakaat lagi untuk Hadhrat Az-Zahra as, Di hari Sabtu hingga hari kamis demikian juga di setiap harinya melakukan delapan rakaat sholat, setiap 4 rakaatnya dihadiahkan kepada setiap seorang dari para Imam as sehinggalah 4 rakaat terakhir yang dilakukan pada hari Khamis itu dihadiahkan kepada Imam Zaman afs, perlu diperhatikan disetiap lepas dari dua rakaat sholat-sholat tersebut hendaknya membaca: (اللهُمٌَ أنتَ السَلام… ) dan di tempat perkataan (فلان بن فلان ) hendaknya menyebutkan nama seorang Imam yang diniatkan untuk dihadiahkan sholat itu kepadanya. .( IM/UI)
- Cuplikan dari kitab Nesyonehoi-az-Qô’im-Âli-Muhammad saww- Sayyid Yahya Ma’ruf Fadhil Hamedani.
1 komentar:
Harrah's Cherokee Casinos & Resorts - MapYRO
Find the best 포항 출장안마 Harrah's Cherokee Casinos 김포 출장샵 & Resorts in Cherokee, 군산 출장안마 NC. See photos, read 통영 출장샵 real reviews, see special offers and contact Harrah's Cherokee Casinos & Resorts 상주 출장마사지
Posting Komentar