Kamis, Juli 30, 2009

Wiladah Imam Husain A.S, Puncak Kemanusiaan

Suatu hari, Rasulullah mendengar kabar tentang Umu Aiman yang menangis setiap malam. Umu Aiman mendatangi Rasulullah Saw. Rasul bertanya, "Mengapa engkau menangis?". Ia menjawab, "Ya Rasulullah, aku bermimpi buruk". Lalu Rasul bersabda, "Ceritakan mimpimu." Umu Aiman berkata, "Ya Rasulullah, suatu malam aku bermimpi bagian tubuh Anda terpisah dan berada di rumahku."


Sambil tersenyum, Rasulullah Saw bersabda, "Tenanglah. Putriku Fatimah akan melahirkan anak laki-laki yang akan kamu asuh dan bagian dari tubuhku berada di rumahmu." Tanggal 3 Sa'ban 4 H, dikenal sebagai hari lahirnya Husein bin Ali as. Setelah lahir, bayi suci ini diserahkan ke tangan Rasulullah Saw. Kalimat pertama yang terdengar di telinga Husein adalah lantunan tauhid yang menentramkan hati. Rasulullah Saw membenamkan tauhid dalam hati bayi suci itu dan menamainya Husein, lalu mencium serta mendekapnya.

Memasuki hari ketujuh kelahiran bayi suci ini, Umu Aiman membawa Husein menghadap Rasulullah. Beliau bersabda, "Selamat bagi pembawanya, Selamat bagi pembawanya, inilah ta'bir mimpimu". Hari itu, Rasulullah memberi makan fakir miskin dan menginfakkan harta yang dimilikinya pada orang lain. Hati Husein pun diterangi pancaran cahaya tauhid, ilmu dan iman.

Husein as dibesarkan di lingkungan keluarga suci. Para pendidik beliau adalah orang-orang yang moralnya paling mulia dan menjulang kemanusiaannya. Husein dibesarkan di tengah orang-orang yang mengemban tugas membimbing dan memimpin umat manusia. Petunjuk khusus Rasulullah Saw, kasih sayang dan keadilan Ali as, serta keutamaan Fatimah as, setiap saat menambah keindahan dan kesempurnaan Husein.

Dalam kultur Arab, seorang perempuan tidak dianggap anaknya. Rasulullah merubah tradisi jahiliyah tersebut. Beliau menyebut Husein sebagai bagian darinya dan kecintaan beliau kepada putra Fatimah yaitu Hasan dan Husein tampak jelas. Suatu hari, Rasulullah terlihat keluar dari rumahnya, saat itu Hasan berdiri di salah satu bahu beliau dan Husein berdiri di bahu lainnya. Rasulullah terkadang menciumnya. Seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, Anda mencintai anak ini?" Beliau bersabda, "Barang siapa yang mencintai keduanya, ia mencintaiku dan barang siapa yang memusuhinya, maka ia memusuhiku".

Abu Hurairah berkata, "Aku melihat dengan mata sendiri langkah Husein kecil di atas kaki Rasulullah. Beliau memegang kedua tangan Husein dan mengangkatnya. Anak itu diangkat hingga melangkah di dada Rasulullah. Ketika itu rasul mencium anak itu seraya berdoa, "Ya Allah, Cintailah ia, sebagaimana aku mencintainya".

Husein adalah pencinta Sang Pencipta alam semesta. Imam Shadiq as menyebut beliau sebagai manifestasi nafs al-Mutmainah, berarti jiwa yang tenang. Sebagaimana disebutkan dalam surat Fajr. Hal ini berarti, Tuhan meridhainya dan ia pun menerima Tuhannya. Perkataan dan sikap Imam Husein as, menunjukan bahwa dalam hidupnya senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan serta menyebarkan agama Tuhan. Husein as, senantiasa menegakkan jalan Rasulullah Saw dan para nabi lainnya.Tampaknya inilah maksud dari ziarah warits yang disampaikan kepada beliau, pada saat kita membaca, "Assalamu Alaika ya Waritsa Adama shifwatillah, Assalamu Alaika Ya waritsa Nuhi Nabiyillah... Assalamu Alaika ya Waritsa Muhammad Rasulillah, Salam atasmu wahai pewaris Adam as, Salam atasmu wahai pewaris nuh... salam atasmu wahai pewaris Rasulullah.

Periode setelah Rasulullah wafat hingga Imam Ali as memerintah, berlangsung sekitar 25 tahun. Ketika itu, Husein menjadi pemuda teladan dan terkemuka yang terkenal dengan ilmu, pengetahuan dan keberaniannya. Imam Husein selalu memantau dinamika masyarakat kala itu dan beliau sepenuhnya merasakan sensitifitas masyarakat. Dalam setiap peperangan, Husein dengan penuh keberanian maju ke medan laga. Di setiap pekerjaan besar beliau selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Semua kalangan memanggil beliau dengan keagungan dan kebesarannya. Ketika nama Sang Pengasih disebut, air matanya mengalir menandakan tingginya kecintaan Husein kepada Tuhannya.

Suatu hari seorang arab sahara memasuki Madinah. Ia menanyakan siapa ksatria kota ini. Penduduk Madinah menjawab, Husein. Lalu ia bergegas menemui Husein. Ia melihat Imam Husein tengah menunaikan shalat. Setelah selesai shalat, ia menyampaikan maksudnya. Husein menuju rumahnya dan menyerahkan 4000 dinar yang dibungkus kain. Menyaksikan kebaikan Imam Husein as tersebut, ia berkata, "Keberanian tidak akan terkubur dalam tanah, selamanya berada di angkasa dan memancar laksana matahari."

Pada masa itu, semua orang menghormati Imam Husein. Para pembesar masyarakat, menghormati beliau dan saudaranya. Ketika itu, jika seseorang mengatakan bahwa pemuda terkemuka ini akan mati oleh umat kakeknya sendiri, siapapun tidak akan mempercayainya.

Pasca kesyahidan Imam Ali as, mulailah babak baru kehidupan Imam Husein as. Pada masa itu, pancaran keagungan Husein adalah manifestasi Islam dan al-Quran di mata setiap orang. Setelah kesyahidan ayahnya, Imam Husein as mendampingi saudaranya, Imam Hasan as, sebagai rujukan masyarakat dan orang yang membantu memenuhi kebutuhan mereka. Husein dikenal sebagai sosok yang dicintai, mulia, terkemuka dan utama.

Nama Imam Husein as, mengingatkan kita pada kebangkitan merahnya. Epik emasnya, senantiasa mengisi penuh lembaran sejarah. Husein mengajarkan keberanian dan pengabdian. Dalam sebuah sabda yang menghunjam, Rasulullah Saw berkata, "Husein adalah kecintaan yang dalam dan tersembunyi di dada kaum mukminin. Ia pintu dari pintu-pintu surga. Aku bersaksi atas nama diriku yang berada digenggaman-Nya, Husein lebih agung di langit dari pada di bumi. dan ia perhiasan langit dan bumi."

Lima puluh tahun setelah Rasulullah wafat, ketika itu penyimpangan melanda kaum muslimin dan umat Rasulullah telah melupakan nilai-nilai Islam dan ajarannya. Di puncak tertinggi pengabdian di jalan kebenaran, dengan suara lantang Imam Husein berbicara ke segenap umat manusia. Beliau berkata, "Wahai umat manusia! kebebasan, kemuliaan, keadilan, kesempurnaan adalah karakteristik kehidupan yang baik. Melalui jalan ini, kepribadian seorang manusia akan abadi. Berupalah hidup demikian."

Jumat, Juli 24, 2009

Selamat Lahir,"Ksatria Langit"ku, "Penyembuh Jiwa"ku

Langit tak berawan, bunga bermekaran, malam benderang oleh bintang...
Oh, duhai alam..
kuadukan kegalauan jiwaku..
apakah aku harus gembira hari ini...
ataukah harus menangis lagi?
Sejenak ku gembira tiada tara, sejenak kemudian ku menangis sesak..
lalu kulihat sekitar.. mereka tak hiraukan ku..

Kumengenangnya..
Sang pembawa cinta yang disakiti..
Sang pelindung yang dicaci..
Sang pemberi yang dimaki..
Sang pemberani tak tertandingi...

Duhai rentang hari...
Ceritakanlah padaku tentangnya..
Duhai hembus angin..
Bawakanlah semerbak harumnya...
Duhai Sang penguasa hati,
Sampaikan salamku untuknya..
Duhai hati,
pahatlah cintamu padanya tiada henti...